Ini Survivalitas Pelaku Ekonomi Kreatif Agar Bisa Bangkit dari Pandemi

Terkini.id, Kupang - Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi salah satu sektor yang terdampak pandemi Covid-19. Kendati demikian, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus berupaya membuat industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa survival melewati pandemi.

Hal tersebut dilakukan baik dari kampanye, pelatihan dan lokakarya, membuka akses antara pelaku ekonomi kreatif dengan over the top (OTT), hingga memberikan stimulus ekonomi seperti bantuan hibah pariwisata dan bantuan insentif pemerintah yang telah diluncurkan tahun ini.

Juru Bicara Kemenparekraf Prabu Revolusi dalam acara Dialog Produktif bertajuk “Industri Kreatif Melawan Hantaman Pandemi” yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa, 15 Desember 2020 mengatakan, perhatian Kemenparekraf saat ini adalah memastikan semua pelaku industri memahami protokol kesehatan (prokes).

“Hingga saat vaksin sudah bisa diakses masyarakat nantinya, ini akan memberikan wajah baru bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Efeknya, bisa berdampak terhadap hotel yang bisa kembali beroperasi, restoran kembali hidup, bioskop juga kembali buka, dan kegiatan meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) juga bisa kembali dijalankan,” paparnya.

Sementara itu, sutradara film sekaligus aktris Lola Amaria mengungkapkan, tantangan yang berat dirasakan pelaku ekonomi kreatif di lapangan. Pekerja film seperti ia dan koleganya, sejak Maret 2020 memang tidak boleh melakukan aktivitas pembuatan film.

“Baru saat mulai memasuki masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, pekerja film mulai berproduksi dalam protokol yang sangat ketat,” ungkap mantan model yang menjadi juara satu Model Sampul (Modsam) majalah Anita Cemerlang pada 1994 tersebut.

Senada Lola, Prabu menambahkan, industri ekonomi kreatif mau tidak mau harus beradaptasi dengan prokes. Hal itu dianggap urgensial mengingat perlu dipahami dan ditanggapi secara serius

“Untuk itu, kami membuat platform sertifikasi cleanliness, health, safety, environment (CHSE) untuk segera diadopsi. Skenario stimulus juga tetap dipikirkan. Di 2020, kami sudah melakukan Bantuan Insentif Pemerintah (BIP), dan di 2021 mendatang akan ada perhatian khusus di 16 subsektor serta sesuai kebutuhan masing-masing subsektor,” jelasnya.

Seperti halnya Lola, Hanung Bramantyo yang juga sutradara film menyampaikan hal serupa. Dijelaskan, pada saat pandemi semua berhenti total.

“Ada tiga poyek film saya sebenarnya di tahun (2020) ini, yang sudah gala premier namun tidak jadi tayang di bioskop sampai saat ini. Yang sudah tayang, langsung diturunkan karena tidak ada penonton. Sementara, yang sedang proses pengambilan gambar harus berhenti,” bebernya.

Menyikapi pengakuan kedua sutradara tadi, Prabu mengatakan kondisi itu menuntut pelaku ekonomi kreatif untuk adaptif dan melakukan transformasi digital.

“Memang, menurut data kami, pelaku-pelaku yang adaptif dan melakukan transformasi digital bisa bertahan sampai saat ini. Namun, tidak semuanya mampu seperti itu. Kemenparekraf pun menjalankan program inkubasi untuk pembuat film dengan memberikan insentif agar lebih memahami platform digital dan penulisan skenario yang lebih adaptif dengan kondisi pandemi,” bebernya.

Tak bergeser dari apa yang dikatakan Prabu, Lola mengungkapkan cepat atau lambat semua pelaku industri dalam bidang kreatif termasuk film, memang harus beradaptasi dengan digital.

“Karena menurut saya, bioskop bukan satu-satunya media untuk berkarya bagi pembuat film saat ini. Ada banyak ide (tema film) di masa pandemi seperti tentang hoaks, vaksin, atau apapun yang berkaitan dengan pandemi. Ini yang bisa diproduksi sebagai film edukasi. Platform tidak harus bioskop, bisa televisi, bisa digital, karena mengedukasi masyarakat itu penting,” paparnya.

Prabu menambahkan, di saat pandemi ini pula kehadiran pemerintah sangat dibutuhkan pelaku ekonomi kreatif.

“Mas Hanung dan Mbak Lola ini contoh pelaku ekonomi kreatif yang tidak menyerah. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga selalu memikirkan tentang film dan musik, selalu bicara tentang apa yang bisa dibantu melalui kewenangan kita,” katanya.

Menurut Prabu, di 2021 ada beberapa program yang sedang disiapkan pihaknya. Yang pada saatnya nanti akan diumumkan apa program tersebut.

Setidaknya, program ini nantinya bisa membantu teman-teman pelaku ekonomi kreatif agar bisa tetap berkarya,” bebernya.

Optimistis pelaku ekonomi kreatif, imbuh Prabu, sangat dibutuhkan agar bisa segera bangkit. Ini diperlukan kesadaran menjalankan prokes. Pasalnya, semakin cepat mengendalikan pandemi Covid-19, semakin cepat pula memulihkan kondisi dari keterpurukan, baik sektor pariwisata maupun ekonomi kreatif.

Lola sendiri mengapresiasi perhatian pemerintah terhadap pekerja film. Ia juga berharap vaksin Covid-19 cepat terdistribusi dengan baik agar semua sektor sudah bisa kembali seperti semula sebelum pandemi.